Skip to main content

IKHTIAR POSITIF ATAU IKHTIAR NEGATIF?

Suatu kesuksesan tidak akan diraih tanpa ikhtiar/usaha. Usaha dapat berupa wujud konkrit atau nyata seperti bekerja. Ikhtiar juga dapat berupa doa dan ibadah yang kita lakukan dengan maksud memohon pertolongan-Nya.

Banyak orang yang ketika memiliki keinginan atau menginginkan kesuksesan dengan cara yang melanggar hukum agama. Mereka datang ke "orang pintar" agar diberi bacaan-bacaan, jimat, penglaris dan lain sebagainya agar usaha mereka lancar.

Bahkan ada yang puasa sampai 40 hari berturut-turut, bersemedi di gua atau gunung dan melakukan ritual-ritual yang aneh guna mendapat kesuksesan. Dan setelah melakukan kesemuanya itu mereka merasa urusan mereka menjadi lancar, usaha mereka maju, dagangan mereka laris dan lain sebaginya.

Padahal Islam telah mengajarkan melalui nabi Muhammad SAW berbagai amalan ibadah untuk meraih kebahagian baik di dunia maupun di akhirat.

Supaya rezeki lancar dan hajat terwujud kita dianjurkan Shalat Dhuha minimal 2 rakaat setiap hari dan shalat tahajjud tiap malam, dari pada malam-malam semedi di gunung (sudah kedinginan banyak nyamuk juga).

Mantera-mantera kita ganti dengan dzikir-dzikir yang telah diajarkan oleh Rasulullah, puasa 40 hari kita ganti dengan puasa senin-kamis atau puasa nabi Daud yang kesemuanya bersumber dari Al-Quran dan sunah nabi Muhammad SAW.

Ritual sesuai dengan tuntunan agama lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan ritual yang diprasyaratkan oleh dukun yang kadang berkedok sebagai seorang ahli agama.

Kenapa puasa yang sampai 40 hari, bersemedi tengah malam di gunung, membaca mantera sampai ribuan kali, mandi kembang tengah malam, dan lain-lain yang terasa berat mau kita lakukan sedangkan yang lebih ringan enggan kita lakukan?

Jangan sampai kita berpikiran kalau kita minta ke ALLAH SWT lama terwujud kalau ke selain ALLAH cepat terwujud, Na'udzubillah!!! Itulah jebakan syetan yang menginginkan kita tersesat dari jalan kebenaran.

Sahabat, percayalah bahwa dengan amalan yang telah diajarkan oleh nabi Muhammad SAW dan tetap berpikir positif, kita akan meraih kesuksesan baik di dunia maupun akhirat

Comments

Popular posts from this blog

MENYONTEK SAMA DENGAN KORUPSI

Detik-detik Ujian Sekolah dan Ujian Nasional akan segera tiba bagi siswa yang duduk di kelas VI , IX , dan XII. Ada yang sangat mempersiapkan diri dan mental mereka untuk menghadapi pertemuan ini, ada yang setengah siap, dan ada yang tidak peduli dengan hal ini. Kalau kita mendeskripsikan ke 3 macam siswa ini, kita dapatkan: 1. Siswa yang sangat siap      Siswa yang memikirkan masa depannya, tujuannya, visinya, dan impiannya. Kesiapannya membuat ia percaya diri, optimis, dan tidak mau menyia-nyiakan waktunya. Namun kesiapan ini hendaknya diikuti oleh sikap tAwakal kepada Allah SWT, karena keberhasilan atau kegagalan kita atas kehendak-Nya. Bertawakal artinya berserah diri setelah melakukan usaha secara maksimal. Insya Allah siswa yang sangat siap akan mendapatkan nilai yang bagus. 2. Siswa yang setengah siap      Siswa yang juga memikirkan masa depannya, visinya, dan impiannya namun masih memiliki keraguan akan keberhasilan karena persiapan yang kurang. Persiapn yang kurang ini

Sakit? Ingat ALLAH SWT

Alkisah ada seorang nabi mengalami sakit dan Ia pun berdoa kepada tuhan untuk memohon kesembuhan. Tuhan pun memberikan cara agar sakitnya dapat sembuh yaitu dengan cara memakan daun tumbuhan “X” (penulis lupa). Setelah mendapatkan tumbuhan “X” tersebut dan memakan daunnya, sang nabi itu pun sembuh. Suatu ketika nabi tersebut mengalami sakit yang sama. Serta merta ia mencari tumbuhan “X” yang waktu itu ia memakan daunnya dan sembuh. Ia pun memakan daun “X” tersebut namun sakitnya tak kunjung sembuh. Ia pun merasa heran, padahal sakit yang ia alami sama dengan sakitnya pada waktu dulu dan sembuh dengan memakan daun tumbuhan “X”. Tersadar ia pun memohon ampun kepada tuhan karena telah mempercayai bahwa kesembuhan berasal dari tumbuhan tersebut dan melupakan berdoa memohon kesembuhan kepada-Nya. Walaupun hanya sekedar cerita, namun dari cerita itu kita bisa mengambil beberapa kesimpulan: 1.        Berapa banyak dari kita, ketika sakit langsung teringat dengan obat. Misalnya: Keti