Skip to main content

Sakit? Ingat ALLAH SWT


Alkisah ada seorang nabi mengalami sakit dan Ia pun berdoa kepada tuhan untuk memohon kesembuhan. Tuhan pun memberikan cara agar sakitnya dapat sembuh yaitu dengan cara memakan daun tumbuhan “X” (penulis lupa). Setelah mendapatkan tumbuhan “X” tersebut dan memakan daunnya, sang nabi itu pun sembuh.
Suatu ketika nabi tersebut mengalami sakit yang sama. Serta merta ia mencari tumbuhan “X” yang waktu itu ia memakan daunnya dan sembuh. Ia pun memakan daun “X” tersebut namun sakitnya tak kunjung sembuh. Ia pun merasa heran, padahal sakit yang ia alami sama dengan sakitnya pada waktu dulu dan sembuh dengan memakan daun tumbuhan “X”.
Tersadar ia pun memohon ampun kepada tuhan karena telah mempercayai bahwa kesembuhan berasal dari tumbuhan tersebut dan melupakan berdoa memohon kesembuhan kepada-Nya.
Walaupun hanya sekedar cerita, namun dari cerita itu kita bisa mengambil beberapa kesimpulan:
1.       Berapa banyak dari kita, ketika sakit langsung teringat dengan obat. Misalnya: Ketika kita sakit kepala yang teringat oleh kita : “Para**x mana ya?” ; “ Aduh maagku kambuh, mana ya “Prom**g”?” ; “Setelah minum Koni***, batukku sembuh.”  Dll
2.       Ketika sakit kita bertambah parah, barulah kita berdoa dan ingat kepada-Nya dengan intens. Ini hal yang keliru.
3.       Ikhtiar mencari kesembuhan memang diperbolehkan, namun yang terutama adalah memohon kesembuhan kepada-Nya.
4.       Yakinlah bahwa Allah lah yang menyembuhkan, bukan obat.
5.       Dan ingatlah Allah saat kita SENANG, maka Ia akan ingat kita pada saat kita dalam kesulitan maupun senang
(Yang benar dari Allah, jika ada yang salah itu berasal dari ketidaktahuan penulis. Mohon dimaafkan)

Comments

Popular posts from this blog

Apakah Kita Lebih Baik dari Mereka?

Bagaikan menonton sebuah pertandingan sepak bola, penonton merasa paling tahu dan paling jago dalam bermain sepak bola. Setiap bentuk aktivitas oleh seorang pemain yang dianggap suatu kesalahan oleh penonton dijadikan bahan ejekan bahkan makian oleh mereka.  "Harusnya dioper ke depan!" "Kenapa tidak ditendang langsung?" "Biang kerok kekalahan!" Berbagai macam komentar yang seakan pemain tersebut sama sekali tidak memberikan kontribusi positif kepada timnya.  Penonton yang merasa lebih tahu bagaimana seharusnya bola itu dimainkan. Padahal kalau mereka mencoba bermain, mungkin menendang bola saja mereka belum tentu mampu. Di kehidupan sehari-hari kitapun banyak orang-orang yang seperti ini. Merasa paling benar dan mampu dengan banyak menyalahkan orang lain, memberikan kritikan yang tidak membangun, dan merasa senang dengan keburukan dan kesulitan yang dihadapi oleh orang lain. Hidupnya banyak diisi dengan mengomentari orang lain dan mencari kambing hitam ata...

NO HOAX PLEASE!

Kalau kita mau berpikir sejenak dengan akal logika yang sehat, tentulah tindak tanduk, tingkah laku, perangai dan kegiatan yang kita lakukan akan mengantarkan kita ke arah kebaikan yang akan mendatangkan ridho-Nya. Kalau Allah SWT sudah ridho, pastilah surga tempat kembali kita kelak. Namun banyak masih ada orang yang berharap surga-Nya, namun dalam keseharian melakukan kegiatan yang menjauhkan dirinya dari ridho Allah SWT. Bagaimana tidak, mulutnya dipakai untuk mencaci maki, menghina, menyebarkan berita bohong, ghibah. Kemampuan IT nya digunakan untuk menyebarkan kebohongan, kebencian, mengadu domba dan menyesatkan umat. Bagaimana bisa orang yang berharap ridho dan surga-Nya mencaci maki ajaran agama lain? Bagaimana bisa orang yang berharap ridho dan surga-Nya menyebarkan berita bohong dan fitnah di mana-mana? Bagaimana bisa orang yang berharap ridho dan surga-Nya melakukan kekerasan terhadap orang lain tanpa hak yang dibenarkan? Bagaimana bisa orang yang berharap ridho d...

MENCIPTAKAN GENERASI TANPA UTANG

GENERASI TANPA UTANG Apa mungkin generasi seperti ini ada? Kalau kita lihat sekitar kita, hampir seluruh orang memiliki utang. Apalagi di zaman dimana setiap orang ingin memiliki berbagai macam barang untuk melengkapi gaya hidup mereka yang semakin lama semakin hedonist, mengejar kesenangan. Hal ini diperparah dengan kemudahan kepemilikan barang dengan sistem cicilan yang tidak syar'i yang semakin membuat setiap individu merasa mampu untuk mencicil barang tersebut. Bahkan walaupun tidak mampu, dipaksakan untuk mencicil dengan alasan "kalo tidak nyicil mana bisa punya barang." Mindset nyicil inilah yang ditularkan dari generasi ke generasi sehingga kebiasaan berutang mengakar jauh ke alam bawah sadar yang membuat kita tidak bisa lepas dari utang. Kapankah kita mulai belajar berutang sehingga menjadi kebiasaan buruk yang sulit dihindari? Kebiasaan berutang ini bisa muncul bahkan saat kita belum memiliki penghasilan sendiri. Saat kita lupa bawa uang jajan, kita...