Skip to main content

Wahai Para Penunda


Anda sedang mengejar impian Anda? Wah…selamat! Anda setidaknya sudah memiliki  tujuan hidup. Semoga ada nilai ibadah di dalam impian Anda sehingga Anda akan semakin mulia. Saya ingin punya  sebuah rumah yang besar dan nyaman di mana saya akan menjadikan rumah saya  sebuah “sekolah “ yang mendidik anak-anak saya dengan teladan agama. insya Allah ini adalah impian yang bernilai ibadah di bandingkan dengan keinginan memiliki rumah agar bisa membanggakannya di hadapan orang lain.
Namun perjalanan meraih impian ini rupanya diikuti oleh penyusup, yang memperlambat kita sampai ketujuan kita bahkan membuat kita GAGAL. Na’udzubillah. Siapakah penyusup itu? Dia bukan orang lain…..tetapi rupanya DIRI KITA SENDIRI. kita tidak bisa dan tidak boleh menyalahkan orang lain alias mencari kambing hitam atas lambat atau gagalnya pencapaian impian kita. Apalagi menyalahkan Allah yang maha kaya - ini mah kebangetan!
Apa yang ada di benak Anda kalau ada yang berkata “ Saya akan mengerjakannya….besok.
Ini dia salah satu penyusup dalam diri kita yang perlu diwaspadai: PENUNDA
Ada banyak alasan untuk menghentikan penundaan. 

Bayangkan hal ini:
Sebagai karyawan/pegawai
Promosi kerja dan kenaikan gaji yang Anda inginkan akan diberikan pada orang yang lebih agresif di kantor yang tahu bagaimana mengatur dirinya dengan baik dibandingkan Anda. Mereka yang datang lebih awal, pulang sesuai jadwal dan menyelesaikan tugas bahkan sebelum dead line berakhir pastilah akan lebih sukses dibandingkan mereka yang sering terlambat, pulang lebih awal dan menyelesaikan tugas mepet dengan deadline.
Sebagai pengusaha/pedagang
Kompetitor Anda akan mengungguli Anda karena kinerja karyawan mereka yang baik dan bersemangat karena gaji mereka selalu tepat waktu, selalu berinovasi dengan produk, dan mendahulukan membayar hutang kepada suplier dari pada bersenang-senang sehingga integritasnya terjaga.
Dan banyak lagi sesuai dengan profesi yang sekarang  Anda geluti. 
  • Bayangkan Anda sendiri bebas dari rasa bersalah karena meninggalkan begitu banyak hal penting yang tidak terselesaikan. 
  • Bayangkan diri Anda menjalankan dan memenuhi sebuah kewajiban penting yang telah membebani Anda berbulan-bulan, bahkan mungkin bertahun-tahun! 
  • Bayangkan kepuasan dari menyeleaikan sebuah pekerjaan yang telah lama tertunda.
  • Bayangkan seberapa besar perubahan yang Anda alami jika Anda mampu mengatasi penundaan. 
  • PASTI Anda akan mulai lebih banyak mencapai potensi Anda; menulis satu buku baru minimal setiap tahun, tugas sekolah/pekerjaan yang terselesaikan, ide kreatif yang terwujud, promosi jabatan yang lebih cepat, hafal Al-quran lebih banyak, perusahaan yang makin berkembang, dan kebebasan finansial yang akan Anda dapatkan.
Langkah-langkah mengatasi penundaan:
  1. Shalat tepat waktu 
  2.  Buat daftar hal yang Anda harus kerjakan (Biasakan membuat agenda harian untuk esok hari) 
  3. Prioritaskan yang terpenting dan termudah (bagaimana cara memakan sepiring nasi? Dengan memakan sesuap sekali makan bukan satu piring langsung. Paham kan?) 
  4. Berikan batas waktu yang realistis agar Anda memiliki dead line dalam mengerjakan tugas. 
  5. Kurangi mengerjakan sesuatu yang sia-sia yang melalaikan; yang sering membuat Anda berkata “Saya akan mengerjakannya…..besok!
“Selesaikan pekerjaan yang Anda dapat selesaikan hari ini walau Anda dapat mengerjakannya esok hari”
Note: Menunda tidak seluruhnya buruk, JIKA : Anda menunda membeli barang secara kredit karena Anda memilih menjauhi riba dengan cara menabung untuk membeli barang tersebut. Dan contoh penundaan lain yang positif.
Salam positif

iwan_dinar


Comments

Popular posts from this blog

Apakah Kita Lebih Baik dari Mereka?

Bagaikan menonton sebuah pertandingan sepak bola, penonton merasa paling tahu dan paling jago dalam bermain sepak bola. Setiap bentuk aktivitas oleh seorang pemain yang dianggap suatu kesalahan oleh penonton dijadikan bahan ejekan bahkan makian oleh mereka.  "Harusnya dioper ke depan!" "Kenapa tidak ditendang langsung?" "Biang kerok kekalahan!" Berbagai macam komentar yang seakan pemain tersebut sama sekali tidak memberikan kontribusi positif kepada timnya.  Penonton yang merasa lebih tahu bagaimana seharusnya bola itu dimainkan. Padahal kalau mereka mencoba bermain, mungkin menendang bola saja mereka belum tentu mampu. Di kehidupan sehari-hari kitapun banyak orang-orang yang seperti ini. Merasa paling benar dan mampu dengan banyak menyalahkan orang lain, memberikan kritikan yang tidak membangun, dan merasa senang dengan keburukan dan kesulitan yang dihadapi oleh orang lain. Hidupnya banyak diisi dengan mengomentari orang lain dan mencari kambing hitam ata...

NO HOAX PLEASE!

Kalau kita mau berpikir sejenak dengan akal logika yang sehat, tentulah tindak tanduk, tingkah laku, perangai dan kegiatan yang kita lakukan akan mengantarkan kita ke arah kebaikan yang akan mendatangkan ridho-Nya. Kalau Allah SWT sudah ridho, pastilah surga tempat kembali kita kelak. Namun banyak masih ada orang yang berharap surga-Nya, namun dalam keseharian melakukan kegiatan yang menjauhkan dirinya dari ridho Allah SWT. Bagaimana tidak, mulutnya dipakai untuk mencaci maki, menghina, menyebarkan berita bohong, ghibah. Kemampuan IT nya digunakan untuk menyebarkan kebohongan, kebencian, mengadu domba dan menyesatkan umat. Bagaimana bisa orang yang berharap ridho dan surga-Nya mencaci maki ajaran agama lain? Bagaimana bisa orang yang berharap ridho dan surga-Nya menyebarkan berita bohong dan fitnah di mana-mana? Bagaimana bisa orang yang berharap ridho dan surga-Nya melakukan kekerasan terhadap orang lain tanpa hak yang dibenarkan? Bagaimana bisa orang yang berharap ridho d...

MENCIPTAKAN GENERASI TANPA UTANG

GENERASI TANPA UTANG Apa mungkin generasi seperti ini ada? Kalau kita lihat sekitar kita, hampir seluruh orang memiliki utang. Apalagi di zaman dimana setiap orang ingin memiliki berbagai macam barang untuk melengkapi gaya hidup mereka yang semakin lama semakin hedonist, mengejar kesenangan. Hal ini diperparah dengan kemudahan kepemilikan barang dengan sistem cicilan yang tidak syar'i yang semakin membuat setiap individu merasa mampu untuk mencicil barang tersebut. Bahkan walaupun tidak mampu, dipaksakan untuk mencicil dengan alasan "kalo tidak nyicil mana bisa punya barang." Mindset nyicil inilah yang ditularkan dari generasi ke generasi sehingga kebiasaan berutang mengakar jauh ke alam bawah sadar yang membuat kita tidak bisa lepas dari utang. Kapankah kita mulai belajar berutang sehingga menjadi kebiasaan buruk yang sulit dihindari? Kebiasaan berutang ini bisa muncul bahkan saat kita belum memiliki penghasilan sendiri. Saat kita lupa bawa uang jajan, kita...