Skip to main content

Meraih Impian, Jenis yang Mana Anda?

Waktu saya kecil, ketika makan pastilah lauk yang lebih dulu habis dan saya akan mengambil lauk kembali untuk menyelesaikan makan saya. Orang tua saya selalu mengingatkan bahwa kalau lauk dulu yang habis ini jenis orang yang hanya mau senang dahulu dan tidak memikirkan masa depan. Pada saat itu belum ada pemahaman yang mendalam tentang hal tersebut, yang saya tahu masih ada lauk saya makan, lauk habis berhenti makan dengan meninggalkan sisa nasi.

Dari hal ini, menurut saya kini hal tersebut ada benarnya juga. Berangkat dari hal ini pula saya menghubungkannya dengan jenis-jenis orang dalam tindakan mereka dalam menjalani hidup:

1. Jenis Lauk-Nasi

Ini jenis orang yang sukanya makan dengan memilih menghabiskan lauknya dulu karena lebih enak. Apa yang terjadi kalau lauknya habis? ya, sisa nasinya. Makan hanya nasi pasti terasa hambar, berat dan tidak kita nikmati.
Ini Jenis orang yang mendahulukan kesenangan dari pada berusaha. Misal lebih memilih main game tidak mau belajar, menghabiskan waktu nongkrong dengan teman dari pada meluangkan waktu buat membantu orang tua, dll
Hasilnya, Kesenangan sudah habis tinggallah kesulitan, kesusahan, dan ujung-ujungnya menyalahkan takdir, menyalahkan orang lain, dan selalu mencari kambing hitam atas kesusahan mereka.

2. Jenis Nasi-Lauk

Ini jenis orang yang memilih makan nasi dahulu sampai habis sehingga hanya tersisa lauk. Awalnya makan terasa hambar, tidak menikmati namun membayangkan ada lauk yang bisa dimakan setelah itu perasaan tidak enak makan hanya nasi bisa dikurangi.

Ketika mulai makan lauk, nikmatnya luar biasa, menyenangkan, sangat menikmati.
Ini jenis orang yang mendahulukan usaha dari pada bersenang-senang . Misalnya petani bersusah payah menanam dahulu lalu tinggal menikmati hasil panennya, pengrajin lemari bersusah payah memaku, mengukir, memotong lalu menikmati hasilnya yaitu lemari yang bernilai jual tinggi.

Kesulitan berlalu tinggallah kesenangan yang berlimpah.

3. Jenis Nasi + Lauk

Ini jenis orang yang makan dengan menggabungkan nasi dan lauknya bersamaan. Setiap suapan terasa nikmat sampai butir dan lauk terakhir.

Orang ini berusaha namun tetap menikmati hidupnya dengan tidak meninggalkan kesenangan. Misal membagi waktu untuk belajar dan bermain, meluangkan waktu untuk usahanya namun juga meluangkan waktu juga untuk keluarganya, dll

Hasilnya  setiap saat hidup terasa menyenangkan.

Menurut Anda sendiri, lebih baik menjadi jenis yang mana?

Ingatlah, setelah kesulitan ada kemudahan. Sudah sunatullah jika kesenangan kita habiskan akan tersisa kesusahan, jika kesusahan kita alami saat ini maka akan tersisa kemudahan buat kita di kemudian hari.

Pelajarilah cara orang yang kini telah sukses, bagaimana mereka memperlakukan waktu yang mereka miliki. Insya Allah kita akan menikmati kesuksesan seperti mereka juga.

Comments

Popular posts from this blog

Apakah Kita Lebih Baik dari Mereka?

Bagaikan menonton sebuah pertandingan sepak bola, penonton merasa paling tahu dan paling jago dalam bermain sepak bola. Setiap bentuk aktivitas oleh seorang pemain yang dianggap suatu kesalahan oleh penonton dijadikan bahan ejekan bahkan makian oleh mereka.  "Harusnya dioper ke depan!" "Kenapa tidak ditendang langsung?" "Biang kerok kekalahan!" Berbagai macam komentar yang seakan pemain tersebut sama sekali tidak memberikan kontribusi positif kepada timnya.  Penonton yang merasa lebih tahu bagaimana seharusnya bola itu dimainkan. Padahal kalau mereka mencoba bermain, mungkin menendang bola saja mereka belum tentu mampu. Di kehidupan sehari-hari kitapun banyak orang-orang yang seperti ini. Merasa paling benar dan mampu dengan banyak menyalahkan orang lain, memberikan kritikan yang tidak membangun, dan merasa senang dengan keburukan dan kesulitan yang dihadapi oleh orang lain. Hidupnya banyak diisi dengan mengomentari orang lain dan mencari kambing hitam ata...

NO HOAX PLEASE!

Kalau kita mau berpikir sejenak dengan akal logika yang sehat, tentulah tindak tanduk, tingkah laku, perangai dan kegiatan yang kita lakukan akan mengantarkan kita ke arah kebaikan yang akan mendatangkan ridho-Nya. Kalau Allah SWT sudah ridho, pastilah surga tempat kembali kita kelak. Namun banyak masih ada orang yang berharap surga-Nya, namun dalam keseharian melakukan kegiatan yang menjauhkan dirinya dari ridho Allah SWT. Bagaimana tidak, mulutnya dipakai untuk mencaci maki, menghina, menyebarkan berita bohong, ghibah. Kemampuan IT nya digunakan untuk menyebarkan kebohongan, kebencian, mengadu domba dan menyesatkan umat. Bagaimana bisa orang yang berharap ridho dan surga-Nya mencaci maki ajaran agama lain? Bagaimana bisa orang yang berharap ridho dan surga-Nya menyebarkan berita bohong dan fitnah di mana-mana? Bagaimana bisa orang yang berharap ridho dan surga-Nya melakukan kekerasan terhadap orang lain tanpa hak yang dibenarkan? Bagaimana bisa orang yang berharap ridho d...

MENCIPTAKAN GENERASI TANPA UTANG

GENERASI TANPA UTANG Apa mungkin generasi seperti ini ada? Kalau kita lihat sekitar kita, hampir seluruh orang memiliki utang. Apalagi di zaman dimana setiap orang ingin memiliki berbagai macam barang untuk melengkapi gaya hidup mereka yang semakin lama semakin hedonist, mengejar kesenangan. Hal ini diperparah dengan kemudahan kepemilikan barang dengan sistem cicilan yang tidak syar'i yang semakin membuat setiap individu merasa mampu untuk mencicil barang tersebut. Bahkan walaupun tidak mampu, dipaksakan untuk mencicil dengan alasan "kalo tidak nyicil mana bisa punya barang." Mindset nyicil inilah yang ditularkan dari generasi ke generasi sehingga kebiasaan berutang mengakar jauh ke alam bawah sadar yang membuat kita tidak bisa lepas dari utang. Kapankah kita mulai belajar berutang sehingga menjadi kebiasaan buruk yang sulit dihindari? Kebiasaan berutang ini bisa muncul bahkan saat kita belum memiliki penghasilan sendiri. Saat kita lupa bawa uang jajan, kita...