Pikirkan
itu doa. siapa yang memikirkan yang baik-baik, insya Allah akan mendapatkan
juga yang baik-baik. Siapa yang memikirkan yang buruk-buruk, maka ia sama
dengan mewujudkan pikiran buruknya itu. Orang-orang yang beriman akan banyak huznuzhannya (baik sangkanya) sama Allah
di setiap kejadian. Terima nasib, terima kenyataan dan jangan nyalahin keadaan,
jangan nyalahin orang lain apalagi sampai nyalahin Allah, jangan.
Dulu
ketika saya berutang, saya ademin
diri dengan satu penerimaan terhadap takdir ini; bahwa saya sedang memiliki
utang. Saya terima kenyataan ini. Ya, ketika banyak orang tidak menerima kenyataan
bahwa ia berutang, saya memilih menerima. Mau diapain lagi? kenyataannya saya
sedang berutang dan memiliki utang.
Saya
sebut banyak yang tidak menerima bahwa ia berutang adalah ketika banyak yang
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada dirinya sendiri; mengapa jadi berutang?
Mengapa kok begini nasib? Apalagi jika utang itu bukan karena dirinya, tapi
karena orang lain, wah, makin deh tuh gak nerimanya. Sebagian besar utang saya
pun begitu. Bukan karena diri sendiri. Tapi makin dilawan, makin dipikrin, makin
diperjuangin, makin nyyesek dada, makin sempit akal pikiran.
Banyak
orang yang bukan saja nyalahin keadaan dan orang lain. Ia bahkan menyalahkan
Allah. Mempertanyakan keadilan-Nya. ini bahkan bikin sesak nafas.
Akhirnya
ia pasrah aja. Sebut saja sekian X rupiah. Ya udah. Tinggal dipikirin bagaimana
caranya membayar. Itu saja.
Tappppiii…
ketika dipikirin, stress lagi! Bagaimana ini ya? He he he. Akhirnya ia memilih
sujud aja. Wudhu, shalat, ngadu sama Allah. Ngaadu udah gak bisa ngapa-ngapain
lagi. Mencoba berdamai, dan “nego” sama Allah.
Ya,
saya belajar menaruh harapan yang besar kepada Allah; gak apa-apa saya berutang,
asal Allah berkenan memberi rezeki lebih dari utang saya. Saat itu, gak ada
bener-bener bayangan bahwa saya bakal memiliki jalan untuk bayar utang. Saya
hanya betul-betul mencoba memelihara bahwa Allah pasti akan menyediakan jalan
keluar untuk saya dan saya pasti ditolong Allah. Itu saja. Jalan keluar yang
sesungguhnya Gelap. Asli gelap. Tapi ya entahlah. Saya merasa perasaan ini cukup
sebagai awal perjalanan saya melunasi utang saya.
Kalau
emang dosa-dosa kita bisa kita tebus dengan adanya utang ini, ya gak apa-apa
juga. Alhamdulillah malah Allah mau mengonversi dosa kita ke utang atau musibah
lain. Coba kalau Allah tunda dan gantung hingga kemudian kita meninggal, kan
makin repot…
Utang
saya pribadi dari 1998 hingga tahun 2006 awal terus menerus membesar hingga
menembus angka Rp 1 miliar! Bahkan mencapai 1,4 miliar. Saya terus menerus
meyakini bahwa gak mengapa saya memiliki utang Rp 1,4 miliar, asal Allah
berkenan memberikan saya rezeki lebih besar dari Rp 1,4 miliar. Hampir setiap
hari saya memelihara keyakinan bahwa saya sedang menuju pada pelipatan minimal 2x
lipat rezeki daripada utang.
Tidak
gampang memeang. Apalagi dengan kenyataan setiap hari rasanya utang saya
semakin besar saja. Dan he he he, setelah punya perasaan sepertinya mantab ini,
tau gak? Ternyat aneh juga. Bukannya utang mengempis, ia malah bertambah besar.
Bertambah tanpa mengerti kenapa ia membesar. Rasanya ada saja kejadian yang
membuat utang itu membesar tanpa saya bisa kontrol.
Akhirnya
saya pun berdoa kepada Allah, Ya Allah, biarlah utang ini membesar, beban hidup
saya bertambah, jika dengan cara ini engkau mengampuni dosa saya sebesaran
utang dan beban hidup saya. Dalam pada itu, saya pelihara juga keyakinan bahwa
kalau sudah mentok, berarti sudah habis dosa saya, he he he. Nanti pasti kempes
dengan sendirinya.
Yah
menghibur diri.
Awal
saya berutang sekitar tahun 1998, perasaan saya, jumlahnya gak seberapa.
Perjalanan saya menuju Allah (perjalanan pertobatan dan perjalanan kebaikan),
yang saya bukukan di buku “Wisata Hati Mencari Tuhan yang Hilang”, bukan memperkecil
besaran masalah saya, malahan bertambah besar.
Betul
loh. Aneh juga.
Saat
itu saya berpikir, kok mendekatnya saya kepada Allah malahan menambah besar
masalah saya?
Tapi
ya itu. Saya memilih percaya, bahwa yang saya perbesar bukan masalah saya,
namun peluang, hrapan dan kemungkinan yang positif. Biar saja. Makin menderita,
saya saat itu semakin pengen kuat menerimanya. Walaupun ada menit-menit yang
saya hopeless, he he he.
Entahlah.
Saat itu saya betul-betul tidak mau menganggap diri saya sedang terkukung
hutang. Saya bisa nganggap utang saya sebagai investasi saya membangun masa
depan saya.
Betul!
Pikiran-pikiran
jelek saya, saya banting seakan-akan saya sedang menaruh investasi di kehidupan
masa depan dengan menerima apa pun kejelekan yang terjadi. Anggap saja saya
sedang kuliah. Utang-utang ini adalah biayanya. Kuliah apa saja. Utamanya
kuliah tentang kehidupan, kuliah bisnis, kuliah dagang, kuliah jadi ustadz,
kuliah masalah, dll.
Konversian
Dosa
Termasuk
saya buang (utang-utang itu sebagai konversian ke dosa saya)
Artinya,
saya menganggap dan bahkan berdoa kepada Allah, agar ada pengampunan buat saya
sebesar beban saya. Makin besar beban saya, semakin besar mudah-mudahan dosa
yang Allah hapus. Yah, istilahnya, kalo emang dosa-dosa kita bisa kita tebus
dengan adanya utang ini, ya gak apa-apa juga. Alhamdulillah malah Allah mau
mengonversi dosa kita ke utang atau musibah lain. Coba kalau Allah tunda dan
gantung kemudian kita meninggal, kan lebih repot.
Ternyata
apa yang saya lakukan adalah cara yang teramat positif. Buang jauh-jauh pikiran-pikiran
negatif. Dalam suasana berutang, Anda akan mengalami yang namanya kekhawatiran,
kebuntuan, keputusasaan. Jika ia betul-betul ada, lawan! Buang! jangan biarkan
ia ada di kepala Anda, di hati, di pikiran, hingga ia menguasai Anda.
Tenangkan
pikiran Anda.
Di
antara rahasia awal bisa tenang adalah:
1.
Jangan
mikirin keadaan apa yang bakal terjadi jika benar-benar tidak bisa bayar.
Jangan kelewat mikir ketidakmampuan diri. pikirin aja kekuasaan Allah,
kemampuan Allah, kebesaran Allah.
2.
Jaga hati
bahwa utang ini sampai kapanpun harus diusahakan untuk dibayar. Bahkan juga
terhadap utang yang sebenarnya bukan utang kita. Alias tiba-tiba menjadi beban
di pundak kita. terima saja.
3.
Perbanyak
tobat, ibadah, doa, dan bangun kepasrahan kepada Allah.
4.
Minta
pendampingan dari Allah disetiap menghadapi masalah yang timbul dari utang.
Jangan sok jago. Banyak-banyakin salat. Minta temenin sama Allah.
(Sumber: Surat Kabar Radar
Bogor, Jumat, 27 Juli 2012, diketik ulang )
Semoga bermanfaat.
Sekedar saran jika ingin dibimbing untuk menyelesaikan hutang dalam 30 hari, silakan KLIK D ISINI
Sekedar saran jika ingin dibimbing untuk menyelesaikan hutang dalam 30 hari, silakan KLIK D ISINI