Skip to main content

Aku Lebih Beruntung dari pada Orang Lain


Aku Lebih Beruntung dari pada Orang Lain

Awal hari kumulai dengan bersyukur masih bisa merasakan hangatnya matahari pagi dan bertemu dengan orang-orang yang kucinta.

’’Alangkah senangnya masih bisa melihat ayah dan ibuku. Ayah…Ibu….aku sayang kalian. ’’

Awal hari kumulai dengan tersenyum karena dapat bertemu dengan hari yang baru di mana aku dapat berharap bahwa hari ini pastilah lebih baik dari pada hari kemarin. 

’’ Hari baru…masih ada harapan.’’ 

Kemarin telah berlalu biarlah berlalu menyisakan banyak hikmah dan pelajaran yang berguna bagiku untuk menghadapi hari esok agar lebih baik. 

’’ Buat apa menyesali yang telah lewat, kesalahan jangan diulangi, sesuatu yang baik dipertahankan. ’’

Masa depan belumlah terjadi, semua masih menjadi misteri. Sukses dan gagal belumlah pasti. Ku pastikan aku hanya menginginkan kesuksesan bukan kegagalan.

’’Lebih baik berpikir aku akan sukses dari pada berpikir aku akan gagal. ’’

Kucari alasan ’’kenapa ’’ harus sukses untuk memotivasi diriku. WHY ? kutahu bahwa orang melakukan sesuatu karena suatu alasan. Mencari tahu ’’kenapa ’’ lebih penting dari pada mencari ’’bagaimana ’’. WHY is More important than HOW karena dengan WHY kita termotivasi sedangkan dengan HOW terkadang kita menjadi pesimis.

’’Aku ingin membahagiakan orang tuaku. Aku yakin di mana ada keinginan, di situ pastilah ada jalan yang Allah SWT sediakan. ’’



Comments

Popular posts from this blog

Apakah Kita Lebih Baik dari Mereka?

Bagaikan menonton sebuah pertandingan sepak bola, penonton merasa paling tahu dan paling jago dalam bermain sepak bola. Setiap bentuk aktivitas oleh seorang pemain yang dianggap suatu kesalahan oleh penonton dijadikan bahan ejekan bahkan makian oleh mereka.  "Harusnya dioper ke depan!" "Kenapa tidak ditendang langsung?" "Biang kerok kekalahan!" Berbagai macam komentar yang seakan pemain tersebut sama sekali tidak memberikan kontribusi positif kepada timnya.  Penonton yang merasa lebih tahu bagaimana seharusnya bola itu dimainkan. Padahal kalau mereka mencoba bermain, mungkin menendang bola saja mereka belum tentu mampu. Di kehidupan sehari-hari kitapun banyak orang-orang yang seperti ini. Merasa paling benar dan mampu dengan banyak menyalahkan orang lain, memberikan kritikan yang tidak membangun, dan merasa senang dengan keburukan dan kesulitan yang dihadapi oleh orang lain. Hidupnya banyak diisi dengan mengomentari orang lain dan mencari kambing hitam ata...

NO HOAX PLEASE!

Kalau kita mau berpikir sejenak dengan akal logika yang sehat, tentulah tindak tanduk, tingkah laku, perangai dan kegiatan yang kita lakukan akan mengantarkan kita ke arah kebaikan yang akan mendatangkan ridho-Nya. Kalau Allah SWT sudah ridho, pastilah surga tempat kembali kita kelak. Namun banyak masih ada orang yang berharap surga-Nya, namun dalam keseharian melakukan kegiatan yang menjauhkan dirinya dari ridho Allah SWT. Bagaimana tidak, mulutnya dipakai untuk mencaci maki, menghina, menyebarkan berita bohong, ghibah. Kemampuan IT nya digunakan untuk menyebarkan kebohongan, kebencian, mengadu domba dan menyesatkan umat. Bagaimana bisa orang yang berharap ridho dan surga-Nya mencaci maki ajaran agama lain? Bagaimana bisa orang yang berharap ridho dan surga-Nya menyebarkan berita bohong dan fitnah di mana-mana? Bagaimana bisa orang yang berharap ridho dan surga-Nya melakukan kekerasan terhadap orang lain tanpa hak yang dibenarkan? Bagaimana bisa orang yang berharap ridho d...

MENCIPTAKAN GENERASI TANPA UTANG

GENERASI TANPA UTANG Apa mungkin generasi seperti ini ada? Kalau kita lihat sekitar kita, hampir seluruh orang memiliki utang. Apalagi di zaman dimana setiap orang ingin memiliki berbagai macam barang untuk melengkapi gaya hidup mereka yang semakin lama semakin hedonist, mengejar kesenangan. Hal ini diperparah dengan kemudahan kepemilikan barang dengan sistem cicilan yang tidak syar'i yang semakin membuat setiap individu merasa mampu untuk mencicil barang tersebut. Bahkan walaupun tidak mampu, dipaksakan untuk mencicil dengan alasan "kalo tidak nyicil mana bisa punya barang." Mindset nyicil inilah yang ditularkan dari generasi ke generasi sehingga kebiasaan berutang mengakar jauh ke alam bawah sadar yang membuat kita tidak bisa lepas dari utang. Kapankah kita mulai belajar berutang sehingga menjadi kebiasaan buruk yang sulit dihindari? Kebiasaan berutang ini bisa muncul bahkan saat kita belum memiliki penghasilan sendiri. Saat kita lupa bawa uang jajan, kita...