Skip to main content

Bermimpi yuk!

Wah… ajakan apa lagi nih? Kok tiba-tiba anda saya ajak bermimipi. Apakah bermimpi itu bermanfaat? Mungkin sebagian dari pembaca atau bahkan Anda sendiri berpikir ; daripada bermimpi lebih baik mengerjakan karya nyata saja, toh yang dapat mengantar kita ke tujuan kita adalah tindakan bukan mimpi. Benar bahwa tindakan/usahalah yang mengantarkan kita meraih tujuan atau cita-cita kita, namun apakah Anda menyadari bahwa usaha hanyalah kendaraan yang mengantarkan sedangkan yang membuat kendaraan itu ada adalah mimpi. Ketika kita bermimpi untuk memiliki sebuah motor misalnya, maka pikiran kita akan terilhami untuk menemukan cara mendapatkan motor tersebut. Ada yang terilhami untuk kredit motor, membeli secara kontan, menabung, dan lainnya. Contoh lain, ketika ada yang bermimpi mendapatkan penghasilan dari bisnis online, maka mereka terilhami untuk membeli ebook mengenai affiliate marketing, dropshipping, flipping, mengikuti ecourse dan lainnya yang mereka yakini akan membawa mereka meraih mimipi mereka. Kalau mereka tidak bermimpi akan hal tersebut terlebih dahulu, tidak akan ada kendaraan (usaha) yang dapat mereka pergunakan untuk membawa mereka ke tempat tujuan mereka.
Mimpi berisi tujuan yang ingin kita raih, cita-cita yang ingin kita gapai, masa depan yang kita inginkan. Mimpilah yang membuat hal yang mustahil menjadi mungkin. Terbang di angkasa seperti burung? Mustahil? Tidak lagi, ada pesawat terbang. Melihat pemandangan di bawah laut berjam-jam? Mustahil? Tidak lagi, ada kapal selam. Berbicara dengan seseorang di benua lain? Mustahil? Tidak lagi, ada telepon. Melihat kejadian secara langsung di negara lain? Mustahil? Tidak lagi, ada TV dan internet, dan masih banyak lagi contoh lainnya yang saya rasa Anda dapat menyebutkannya. Mimpilah meraih sesuatu yang sangat Anda inginkan; uang, jabatan, pasangan hidup, anak, pendidikan dan lainnya sejauh Anda memang mengharapkannya dan meyakini akan mendapatkannya.
Saya ingin memiliki motor! -Bisa! Maka bayangkanlah mimpi anda menjadi nyata. 
Saya ingin punya mobil, bisa nggak? - Bisa! Maka mulailah membayangkannya menjadi nyata.
Kalau saya ingin mendirikan panti asuhan. -Bisa! Maka bayangkanlah hal tersebut menjadi nyata agar timbul keyakinan pada diri anda bisa mendapatkannya.
Kalau begitu sama aja dengan berkhayal dong???? Bukannya berkhayal/ berandai-andai itu dilarang?
Berbeda. Memang bedanya sangat tipis antara memimpikan dengan berkhayal (berandai-andai), bedanya pada sisi keyakinan untuk mendapatkannya. Kalau orang berkhayal, biasanya dia tahu dan merasa bahwa hal tersebut tidak mungkin diraihnya. Namun bagi orang yang membayangkan mimpinya, ia merasa yakin bahwa hal tersebut dapat diraihnya, bukan hal yang mustahil, sesuatu yang mungkin.
Apakah wright bersaudara berkhayal untuk dapat terbang di angkasa seperti burung? Tidak, mereka memimpikan hal tersebut dan merasa yakin akan meraihnya walaupun pada saat itu mimpi mereka mustahil dan ditertawakan banyak orang. Terbang di angkasa yang tadinya mustahil menjadi mungkin! Mereka membuat pesawat terbang walaupun bukan mereka yang pertama mempunyai ide tersebut.
Apakah Wright bersaudara berkhayal?
Penemuan Televisi. Bagaimana caranya agar kita bisa mendapatkan hiburan tanpa keluar rumah, menonton drama tanpa harus ke teater. Mimpilah yang membuatnya menjadi nyata, membayangakan. Awalnya hitam putih tanpa warna dan suara, memimpikan ada warna dan suara agar menonton TV lebih menarik. Bahkan sekarang ini kita bisa melihat kejadian di negara lain secara langsung melalui TV. Andapun bisa meambahkan contoh lain agar timbul keyakinan bahwa hal yang mustahil dapat menjadi nyata. Apa lagi yang kita impikan hanya sekedar penghasilan yang melimpah, mobil, rumah mewah atau hal-hal yang berbau materi. Allah Maha pemberi rizki, maha kaya, yang melapangkan dan pengabul doa akan merealisasikannya buat Anda. Yakin? Harus, kalau tidak yakin, bagaimana bisa meraihnya. Bayangkan kalau NASA tidak yakin mengirimkan astronot ke bulan, bayangkan kalau Thomas A. Edison tidak yakin menciptakan lampu pijar pastinya belum ada yang pergi ke bulan dan dunia kita hanya diterangi lampu minyak dan petromak. Cari contoh yang lain sendiri ya….buat bahan renungan.

 

Comments

Popular posts from this blog

Apakah Kita Lebih Baik dari Mereka?

Bagaikan menonton sebuah pertandingan sepak bola, penonton merasa paling tahu dan paling jago dalam bermain sepak bola. Setiap bentuk aktivitas oleh seorang pemain yang dianggap suatu kesalahan oleh penonton dijadikan bahan ejekan bahkan makian oleh mereka.  "Harusnya dioper ke depan!" "Kenapa tidak ditendang langsung?" "Biang kerok kekalahan!" Berbagai macam komentar yang seakan pemain tersebut sama sekali tidak memberikan kontribusi positif kepada timnya.  Penonton yang merasa lebih tahu bagaimana seharusnya bola itu dimainkan. Padahal kalau mereka mencoba bermain, mungkin menendang bola saja mereka belum tentu mampu. Di kehidupan sehari-hari kitapun banyak orang-orang yang seperti ini. Merasa paling benar dan mampu dengan banyak menyalahkan orang lain, memberikan kritikan yang tidak membangun, dan merasa senang dengan keburukan dan kesulitan yang dihadapi oleh orang lain. Hidupnya banyak diisi dengan mengomentari orang lain dan mencari kambing hitam ata...

NO HOAX PLEASE!

Kalau kita mau berpikir sejenak dengan akal logika yang sehat, tentulah tindak tanduk, tingkah laku, perangai dan kegiatan yang kita lakukan akan mengantarkan kita ke arah kebaikan yang akan mendatangkan ridho-Nya. Kalau Allah SWT sudah ridho, pastilah surga tempat kembali kita kelak. Namun banyak masih ada orang yang berharap surga-Nya, namun dalam keseharian melakukan kegiatan yang menjauhkan dirinya dari ridho Allah SWT. Bagaimana tidak, mulutnya dipakai untuk mencaci maki, menghina, menyebarkan berita bohong, ghibah. Kemampuan IT nya digunakan untuk menyebarkan kebohongan, kebencian, mengadu domba dan menyesatkan umat. Bagaimana bisa orang yang berharap ridho dan surga-Nya mencaci maki ajaran agama lain? Bagaimana bisa orang yang berharap ridho dan surga-Nya menyebarkan berita bohong dan fitnah di mana-mana? Bagaimana bisa orang yang berharap ridho dan surga-Nya melakukan kekerasan terhadap orang lain tanpa hak yang dibenarkan? Bagaimana bisa orang yang berharap ridho d...

MENCIPTAKAN GENERASI TANPA UTANG

GENERASI TANPA UTANG Apa mungkin generasi seperti ini ada? Kalau kita lihat sekitar kita, hampir seluruh orang memiliki utang. Apalagi di zaman dimana setiap orang ingin memiliki berbagai macam barang untuk melengkapi gaya hidup mereka yang semakin lama semakin hedonist, mengejar kesenangan. Hal ini diperparah dengan kemudahan kepemilikan barang dengan sistem cicilan yang tidak syar'i yang semakin membuat setiap individu merasa mampu untuk mencicil barang tersebut. Bahkan walaupun tidak mampu, dipaksakan untuk mencicil dengan alasan "kalo tidak nyicil mana bisa punya barang." Mindset nyicil inilah yang ditularkan dari generasi ke generasi sehingga kebiasaan berutang mengakar jauh ke alam bawah sadar yang membuat kita tidak bisa lepas dari utang. Kapankah kita mulai belajar berutang sehingga menjadi kebiasaan buruk yang sulit dihindari? Kebiasaan berutang ini bisa muncul bahkan saat kita belum memiliki penghasilan sendiri. Saat kita lupa bawa uang jajan, kita...